Oleh Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawy
Syirik merupakan dosa yang paling besar. Dosa syirik tidak diampuni Allah jika pelakunya tidak bertaubat. Dosa syirik menjadikan pelakunya kekal di neraka selama-lamanya. Dosa syirik bisa membatalkan semua amalan yang telah dikerjakan. Bila demikian maka merupakan kewajiban kita semua untuk mewaspadai syirik dan menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam kubangannya. Perhatikanlah firman Allah:
وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ ﴿٣٥﴾
Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala. (QS. Ibrahim: 35)
Renungkanlah, jika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saja yang merupakan penghulu ahli tauhid takut akan kesyirikan pada dirinya dan anak keturunannya, lantas bagaimana dengan kita?! Apakah kita merasa lebih kuat tauhidnya daripada Nabi Ibrohim ‘alaihissalam?!!
Namun, aneh tapi nyata, ada sebagian orang yang merasa aman dari dosa syirik dengan alasan bahwa kesyirikan sudah tidak ada lagi pada zaman sekarang, bahkan lebih aneh lagi mereka menvonis bahwa orang yang mengingkari kesyirikan mereka dengan kesesatan dan penyimpangan[1]. Lantas, bagaimanakah duduk permasalahannya?! Apa sebenarnya yang menjadi sandaran mereka?! Dan bagaimana penjelasan para ulama tentangnya?! Ikutilah kajian hadits berikut dengan saksama. Semoga bermanfaat.