MembuatMenu

Rabu, 28 Maret 2012

TAFSIR AL FATIHAH


Oleh Muhammad Aunus Shofy bin Aunur Rafiq bin Ghufron

Surat al-Fatihah adalah sebuah surat yang dihafal oleh semua muslim, dari kanak-kanak hingga lanjut usia. Bagaimana tidak, surat ini selalu mereka baca dalam sholat fardhu lima kali dalam sehari semalam.
Dari sini maka selayaknya bagi setiap muslim untuk memahami isi kandungan surat ini, karena suatu hal yang kurang dicerna akal bila ada seorang berkali-kali membacanya, namun ternyata dia tidak faham akan makna kandungannya.
Surat ini memiliki banyak sekali nama. Al-Hafizh as-Suyuthi menyebutkan ada dua puluh lima nama untuknya . Diantaranya yang paling populer adalah "Fatihatul kitab" yakni pembuka kitab. Disebut demikian karena Mushaf Al-Quran dimulai dengan surat Al-Fatihah, dan sholat dibuka dengan Al-fatihah .
Surat ini juga memiliki banyak keutamaan, cukuplah sebagai keutamaan bahwa membaca surat ini merupakan rukun sahnya sholat seseorang. Nabi bersabda:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca fatihatul kitab.(HR. Bukhari 723 dan Muslim 394)
Syaikh Ibnu Utsaimin juga berkata setelah menjelaskan keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah yang shohih: "Sebagian manusia pada zaman sekarang telah membuat suatu hal baru dalam agama tentang surat ini, mereka menutup doa dengannya dan memulai khutbah dan acara dengan mengatakan "Al-Fatihah"!! Maka ini adalah suatu kesalahan, sebab agama itu dibangun di atas dalil dan ittiba' (mengikuti Nabi)".

الحمد لله رب العالمين
Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam
Tafsir ayat:

الْحَمْدُ : ( أَلْ ) berfungsi untuk istighroq yang berarti semua atau seluruh, yakni semua pujian yang sempurna khusus bagi Allah. Adapun makna (الْحَمْدُ) adalah mensifati Allah dengan sifat-sifat yang terpuji didasari atas kecintaan dan pengangungan kepadaNya.
Allah dipuji karena dua perkara :
1. Karena kesempurnaan sifatNya. Allah berfirman:
وقل الحمد لله ولم يتخد ولدا
Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak. (QS. Al-Isra': 111)
2. Karena kesempurnaan nikmat dan anugerahNya. Nabi bersabda:
إِنَّ اللهَ يَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ يَأْكُلُ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا وَيَشْرَبُ الشُّرْبَةَ وَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ridho dari hamba tatkala memakan sesuatu makanan dia memuji Allah atasnya dan meminum minuman dia memuji Allah atasnya.(HR. Muslim 2734)

رَبِّ : Kata ini secara bahasa memiliki empat makna: Raja, Tuan yang ditaati, pengatur dan pendidik.
Nama "Robb" ini tidak disebutkan untuk makhluk kecuali apabila dengan sambungan, contoh: رَبُّ الدَّارِ yang berarti tuan/pemilik rumah. Oleh karena itu, para ulama mengatakan: Kapan saja kata Robb kemasukan alif dan alam ( الرَّبُّ ) maka itu berarti khusus bagi Allah, dan apabila dibuang, maka menjadi bercampur, seperti رَبُّ الدَّارِ yang berarti tuan/pemilik rumah.
Perlu diketahui bahwasanya Rububiyah Allah kepada makhlukNya ada dua macam :
1- Secara umum, yaitu Allah menciptakan makhluk dan memberi rizki kepada mereka serta memberi hidayah untuk kemaslahatan mereka di dunia.
2- Secara khusus, yaitu kepada para kekasihNya, mendidik mereka dengan keimanan, memberi taufiq mereka, dan menyempurnakan mereka, serta menyingkirkan hambatan dan rintangan yang memisah antara mereka dan Robb mereka.
Barangkali inilah rahasia di balik seringnya doa para nabi dimulai dengan lafadz "Robb" sebab permintaan mereka masuk di bawah rububiyah Allah secara khusus.
الْعَالَمِيْنَ : Kata jama’ dari kata mufrodnya عَالَم yaitu semua yang ada selain Allah.
Asal kata الْعَالَم diambil dari kata الْعَلاَمَة yang berarti tanda, karena wujudnya alam merupakan suatu tanda yang tidak diragukan lagi atas wujudnya Sang Pencipta. Allah berfirman:
والأرض واختلاف الليل والنهار لأية لأولى الألباب ). ( إن في خلق السموات
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. Dan الأية dalam bahasa artinya العَلامة tanda-tanda . (QS. Ali Imron: 190)

Mutiara dan Faidah Ayat:

1. Disyariatkan memulai khutbah atau tulisan dengan memuji Allah.
Karena hal itu :
1- Mencontoh Al-Quran, karena awal surat dalam Al-Quran adalah Al-Fatihah, sedangkan Al-Fatihah dimulai dengan memuji Allah
2- Mencontoh panutan kita Rosululah, karena Rosulullah memulai khutbahnya dengan memuji Allah
3- Bersukur kepada Allah atas apa yang dianugerahkan kepadanya.

2. Menetapkan segala pujian yang sempurna bagi Allah.
Sesungguhnya Allah ta’ala berhak mendapatkan segala pujian dari segala segi. Oleh karenanya, Nabi apabila mendapatkan kegembiraan beliau mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Segala puji bagi Allah yang anugrahnya menyempurnakan kebaikan”
Dan apabila tertimpa sebaliknya, beliau mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
Segala puji bagi Allah atas semua keadaan.

3. Menetapkan Uluhiyah dan Rububiyah bagi Allah
Dari sinilah wahai pembaca, bersatunya manusia dan berpecahnya, bersatu pada sifat rububiyah, dan berpisah pada sifat uluhiyah, terpecahnya manusia menjadi dua kelompok:
1- Suatu kelompok ke Neraka, mereka adalah ahli syirik, merekalah yang mengingkari sifat uluhiyah bagi Allah saja, bahkan mereka menyekutukan Allah dengan sesembahan lainNya.
2- Suatu kelompok ke surga, mereka adalah ahli tauhid, merekalah yang beriman kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

4. Mendahulukan sifat uluhiyah bagi Allah sebelum sifat rububiyah
Perhatikan wahai pembaca –semoga Allah merahmatimu- kenapa Allah mendahulukan sifatNya dengan uluhiyah sebelum sifat rububiyah? Hal itu karena berberapa sebab:
1- Karena semua rasul diutus kepada suatu kaum mereka yang mengingkari tauhid uluhiyah saja.
2- Bisa jadi karena lafadz Allah adalah nama yang khusus bagiNya, yang semua nama Allah mengikutinya.

5. Keumuman rububiyah Allah untuk semua Alam
Semua selain Allah ta’ala dari malaikat, manusia, nabi, rosul dan jin. Semuanya mereka bergantung kepada Dzat Yang satu, Yang tiada sekutu bagiNya. Dialah Yang Maha Kaya dan tempat bergantung semua hamba.

الرحمن الرحيم
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Tafsir Ayat:
Dua nama ini termasuk diantara nama-nama Allah. Dua nama ini diambil dari kata الرَّحْمَةْ yang menunjukkan sangat kasih, tetapi kata الرَّحْمَنُ lebih sangat daripada kata الرَّحِيْمُ, karena menurut tata bahasa Arab kata tang mengikuti bina’ فَعْلاَن lebih sangat daripada yang mengikuti bina’ فَعِيْل.
Adapun perbedaan antara keduanya :
1- الرحمن menunjukkan sifat dzat, sedangkan الرحيم, menunjukkan sifat fi’liyah (perbuatan).
Al-Hafizh Ibnu Qoyim menjelaskan bahwa الرحمن menunujukkan sifat yang melekat bagi Allah, dan الرحيم menunjukkan bahwa rahmatNya bergantung pada yang dirohmati, jadi yang pertama untuk sifat dan yang kedua untuk pekerjaan. Pertama menunjukkan bawasanya rahmat/kasih merupakan sifatNya, dan kedua menunjukkan bahwasanya dia merohmati makhlukNya dengan rohmatNya.
2- الرحمن, termasuk nama-nama yang dilarang oleh Allah untuk memberi nama kecuali untuk Dia semata, sebagaimana Allah berfirman:
( قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن أيا ما تدعوا فله الأسماء الحسنى )
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah AS-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)”

Faedah Ayat:
1. Penetapan dua nama tersebut untuk Allah
Kita menetapkan dua nama الرحمن dan الرحيم bagi Allah dan kita menetapkan makna yang terkandung dari dua nama tersebut, yaitu sifat rohmat/kasih.

2. Rububiyah Allah dibangun atas kasih sayang yang luas.
Karena Allah ta’ala setelah mengkhabarkan bahwa diriNya Rabb semesta Alam, Dia kemudian menjelaskan macam rububiyah ini dengan firmanNya: "Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".


مالك يوم الدين
Yang menguasai hari pembalasan

Tafsir Ayat:
مَالِكُ : Dalam kata ini ada dua bacaan : مَالِكُ dan مَلِكُ
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin berkata: "Dalam penggabungan dua bacaan ini ada faidah yang besar, yaitu bahwasanya kekuasaan Allah ta’ala kerajaan yang hakiki, supaya terkumpul antara kerajaan dan kekuasaan, karena sebagian dari makhluk ada yang menjadi raja akan tetapi tidak berkuasa, adapun Allah, maka Dia adalah raja yang berkuasa".
Banyak disebutkan dalam Al-Qur'an ayat-ayat yang menjelaskan bahwa kekuasaan yang mutlak hanya bagi Allah saja, tiada sekutu baginya.

يوم الدين : kata الدين, dalam bahasa arab memiliki enam makna , sedangkan yang dimaksud di sini adalah hari pembalasan, sebagaiman yang dijelaskan dalam ayat yang lain, Allah berfirman :
 
“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”. (QS. Al-Infitor 17-19)

Faedah Ayat:
1. Penetapan kerajaan Allah Ta’ala
Kerajaan yang hakiki hanyalah untuk Allah saja, tidak ada yang menyekutukanNya seorangpun baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:
( ولله ملك السموات والأرض وما بينهما وإليه المصير )
Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (QS. Al-Maidah: 18)
Tetapi nampaknya kerajaan Allah dan kekuasaan-Nya hanya pada hari kiamat saja. Allah berfirman:
( لمن الملك اليوم لله الواحد القهار )
"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan” . (QS. Al-Ghofir: 16)

2. Penetapan hari kebangkitan
Ahlu Sunnah wal Jama'ah mengimani adanya hari pembalasan, dan hukumnya adalah wajib. Barangsiapa yang mengingkari adanya hari kiamat, maka dia telah kafir, tersesat dan binasa.

3. Allah adalah raja yang penuh rohmat pada hari pembalasan
Inilah termasuk kasih sayang Allah kepada makhlukNya, karena Allah adalah Raja satu-satunya pada hari kiamat, hal itu karena Dia akan membalas dengan keadilan tanpa kedzaliman sedikitpun.
( ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا )
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.” (QS. Al-Anbiya’: 47 )

4. Isyarat bahwa kerajaan tidaklah baik dan sempurna kecuali dengan kebaikan dan kasih sayang
Lebih jelas lagi, perhatikanlah Firman Allah ta’ala:
( الملك يومئذ الحق للرحمن )
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah” (QS. Al-Furqon: 26)
Wahai para pemimpin, renungkanlah ayat ini, sayangilah orang-orang miskin, janganlah kalian mencari kedudukan dalam kekuasaan di atas kekuasaan Allah Ta’ala.

5. Anjuran bagi manusia untuk beramal sebelum datangnya hari pembalasan
Beramal-lah sebanyak-banyaknya sebelum datang suatu hari yang disana akan dibalas semua amalan yang baik maupun yang jelek.


إياك نعبد وإياك نستعين
Hanya kepada Engkau, kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan.

Tafsir Ayat:
Dalam ayat ini ada yang didahulukan dan diakhirkan:
Didahulukan maf'ul (objek) yaitu ( إياك ). Hal ini mengandung beberapa faidah :
1. Pengkhususan ibadah dan Istianah (meminta pertolongan) untuk Allah semata.
2. Adab bersama Allah dengan mendahulukan namaNya atas pekerjaan.
نعبد ibadah adalah suatu ungkapan untuk segala perbuatan maupun ucapan yang yang dicintai oleh Allah dan diridohiNya, baik yang dhohir maupun batin.

نستعين : Isti'anah adalah bersandar kepada Allah dalam mendatangkan manfaat dan menolak madhorot, dengan disertai kepercayaan kepada Allah dalam tercapainya hal itu .

Faedah Ayat:
1. Ikhlas dalam beribadah kepada Allah semata
Segi pengambilan Ikhlas karena didahulukan obyeknya yang berfungsi untuk pembatasan. Ikhlas harus diperhatikan secara serius, karena dia merupakan pondasi pertama yang merupakan tujuan diciptakannya manusia ke alam dunia. Allah berfirman:
( وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون )
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

2. Ikhlas dalam meminta pertolongan kepada Allah
Ikhlas dalam beristianah kepada Allah semata mempunyai dua faidah :
1- Menunjukkan bahwasanya hamba itu lemah untuk berindependen dengan sendirinya dalam beramal ketaatan.
2- Menunjukkan tidak ada penolong baginya untuk kemaslahatan agama dan dunianya kecuali hanyaAllah, barangsiapa yang ditolong oleh Allah maka dia orang yang tertolong, dan barangsiapa yang dilantarkan oleh Allah maka dia orang yang terlantar.
Dan Istianah mencakup dua hal:
1- Meminta pertolongan dengan lisan dan ucapan, yaitu doa, seperti: “Ya Allah tolonglah saya”
2- Atau dengan keadaan, yaitu engkau merasa bahwa dirimu membutuhkan kepada Allah untuk menolong suatu pekerjaan, jika kita menggantungkan pada diri kita, niscaya kita akan lemah dan tak mampu.

اهدنا الصراط المستقيم
Tunjukilah kami jalan yang lurus

Tafsir Ayat:
اهدنا : yang dimaksud dengan hidayah di sini adalah mencakup dua macam hidayah, yaitu hidayah taufiq dan hidayah dalalah wal irsyad. Perbedaan antara kedua macam hidayah ini sebagai berikut :
1- Hidayah taufiq hanya di tangan Allah saja. Allah berfirman:
( إنك لاتهدى من أحببت ولكن الله يهدى من يشاء )
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Qoshos: 56)
Adapun hidayah dalalah, maka ini tidak khusus bagi Allah, karena hamba juga mampu untuknya. Allah berfirman:
( وإنك لتهدى إلى صراط مستقيم )
“Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Asy-Syuro: 52)
2- Hidayah taufiq khusus bagi orang mu’min, Allah berfirman:
( فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام )
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam” (QS. Al-An'am: 125)
Adapun hidayah dalalah maka mencakup umum untuk semua makhluk, Allah berfirman:
( واما ثمود فهديناهم فاستحبوا العمى على الهدى )
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk”. (QS. Fushilat: 17)

الصراط : ada dua bacaan:, dengan shod ( الصراط ) dan dengan shin ( ( السراط.
Kata ini kadang kala disambungkan kepada :
1- Allah, sebab dialah yang membuatnya, sebagaimana dalam firman Allah:
( وأن هذا صراطي مستقيما )
“dan sesungguhnya inilah jalanku yang lurus”,
2- Dan kadang kala bersambung pada hamba, sebagaimana dalam surat Al-fatihah, karena merekalah yang menempuhnya

Faedah Ayat:
1. Hamba sangat membutuhkan untuk meminta doa ini, serta perlindungan manusia pada Allah
Kita semua membutuhkan kepada hidayah yang sempurna, karena hidayah mengandung untuk mendapatkan semua kebaikan, dan keselamatan dari semua kejelekan.
Dari sini kita menjawab suatu pertanyaan: Bagaimana kita meminta hidayah ke jalan yang lurus, padahal Allah telah membari hidayah kita kepada islam?!
Ketauilah bahwasanya apa yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran ada dua hal :
1- Kadang kala ditujukan kepada siapa yang belum masuk di dalamnya, maka ini perintah supaya masuk didalamnya, seperti firman Allah:
( يأيها الذين أوتوا الكتاب آمنوا بما نزلنا )
Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran). (QS. An-Nisaa’: 47)
2- Kadang kala ditujukan kepada siapa yang sudah masuk, maka ini perintah untuk membenarkan apa yang didapatkan, dan mencari kesempurnaan, seperti firman Allah:
( ياأيها الذين أمنوا آمنوا )
Wahai orang-orang yang beriman berimanlah”.
Berkata Syaikh As-Sa’di: "Fahamilah kaidah agung yang bermanfaat ini, yang bisa membuka bagimu pintu-pintu ilmu yang banyak sekali, dan ini sangatlah mudah dan jelas bagi siapa yang cerdas".

2. Penetapan adanya Nabi
Karena tidak mungkin ada petunjuk tanpa adanya utusan, tidak ada jalan untuk suatu penjelasan dan petunjuk kecuali dari seorang utusan, dan apabila telah mendapatkan penjelasan dan pemberitauan, maka hal itu menghasilkan hidayah taufiq.

3. Bahwasanya jalan ada dua macam
Dari ayat ini dapat difahami bahwa jalan itu terbagi dua bagian, karena konsekuansi adanya jalan yang lurus adalah adanya jalan yang bengkok.
1. Jalan yang lurus, yaitu jalan yang sesuai dengan kebenaran, sebagaimana Allah berfirman: ( وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه )
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia” (QS. Al-An’am: 153)
2. Jalan yang bengkok, yaitu jalan yang menyelisihi jalan yang lurus.


صراط الذي أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada merek; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang tersesat.

Tafsir Ayat:
Ayat ini merupakan penjelasan terhadap kesamaran dalam ayat sebelumnya.
النعمة : Setiap keutamaan dan kebaikan dari Allah untuk hambaNya.
أنعمت عليهم : Ini adalah sebuah penjelasan bahwasanya kenikmatan yang mutlak hanya dari Allah saja, Dialah satu-satunya pemberi nikmat.
Dan orang-orang yang diberi nikmat tersebut dijelaskan oleh Allah dalam surat An-Nisa’ Allah berfirman:
( ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا )
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. [ An-Nisa’ : 69 ]
المغضوب : Mereka adalah orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkan ilmu mereka, dan ini sifat orang-orang Yahudi.
ضالين : Mereka orang yang beramal tanpa ilmu, dan ini sifat orang-orang Nashoro.
Sebagian manusia bersangka bahwasanya sifat ini khusus bagi orang Yahudi dan Nasroni, tetapi yang benar ayat ini tetap pada keumumannya.

Faedah Ayat:
1. Perincian sesudah global
Hal ini ada beberapa faidah :
1- Apabila disebut secara global terlebih dahulu, maka fikiran seseorang menunggu dan menanti perincian, maka apabila telah datang perincian, seketika itu datang kepada jiwa yang siap untuk menerimanya.
2- Penjelasan bahwa orang yang diberi anugrah nikmat tersebut mereka berada di atas jalan yang lurus .

2. Menyandarkan Ni’mat kepada Allah semata
Ni’mat Allah ada dua macam :
1- Umum, yaitu nikmat untuk orang mu’min dan selain mu’min, berupa nikmat penjagaan anggota badan, seperti makanan dan tempat tinggal. Hal ini mencakup orang kafir dan mu’min.
2- Khusus, yaitu nikmat berupa agama, keimanan, keilmuan, amal sholeh. Hal ini terbagi dua macam :
1- Untuk semua orang mu’min.
2- Untuk para Nabi dan rasul.

3. Terbaginya manusia menjadi tiga golongan
Dalam ayat ini, manusia terbagi menjadi tiga golongan :
1- Golongan yang diberi nikmat oleh Allah, merekalah para nabi, orang-orang jujur dan syahid.
2- Golongan yang dimurkai oleh Allah, merekalah yang mengetaui kebaikan dan meninggalkanya, seperti Yahudi dan semisalnya.
3- Golongan yang tersesat, mereka yang beramal tanpa ilmu, bahkan mengikuti hawa, seperti orang-orang Nashoro dan semisalnya.
Berkata Syeikhul Islam : "Tidak sedikit dari Ulama’ salaf berkata: Waspadailah fitnah orang alim yang keji serta ahli ibadah yang bodoh, karena fitnah keduanya fitnah pada setiap yang gila. Barang siapa yang mengetaui kebenaran dan tidak mengamalkanya serupa yang difirmankan Allah:
( أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون )
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir” (QS. Al-Baqoroh: 44)
Dan barang siapa yang beribadah tanpa ilmu, maka dia serupa dengan orang Nashroni, Allah berfirman:
( ياأهل الكتاب لا تغلوا في دينكم غير الحق ولا تتبعوا أهوا قوم قد ضلوا من قبل وأضلوا كثيرا وضلوا عن سواء السبيل ),
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah: 77)

4. Isyarat untuk mengikuti jejak salaf sholeh

5. Mendahulukan yang lebih jelek
Dalam ayat ini Allah Ta’ala mendahulukan yang dimurkai atas yang tersesat, karena mereka lebih menyimpang dari pada yang sesat, sebab orang yang menyimpang dari kebenaran berat untuk kembali, berbeda dengan orang yang menyimpang karena bodoh dia akan lebih mudah untuk kembali setelah mengetahui. 

Demikianlah, pembahasan yang dapat kami hadirkan. Sekalipun singkat, tetapi semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar